Wabah Leptospirosis Melanda Gorontalo: 57 Kasus Positif dan 4 Kematian Terjadi
GORONTALO – Wabah penyakit Leptospirosis telah menjadi ancaman baru bagi masyarakat di Gorontalo. Penyakit ini pertama kali menyebar di wilayah tersebut pada Juni 2024, setelah serangkaian banjir melanda beberapa daerah. Hingga kini, jumlah kasus positif telah mencapai 57, dengan 4 kasus kematian, menempatkan Gorontalo dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan oleh urin dan kotoran tikus yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar melalui mukosa atau bagian tubuh yang terbuka, seperti luka, pori-pori kulit, mulut, dan mata. Penularannya dapat terjadi baik pada manusia maupun hewan ternak, seperti sapi dan hewan peliharaan lainnya, dengan gejala yang mirip, seperti kulit berwarna kuning.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Jeane Dalie, mengonfirmasi peningkatan kasus Leptospirosis di Gorontalo. Meskipun peningkatannya tidak signifikan, wabah ini memerlukan perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah.
“Untuk kasus Leptospirosis, dari yang dilaporkan sebelumnya ada sekitar 53 kasus positif. Kemarin, jumlahnya bertambah menjadi 57. Kasus pertama yang baru dilaporkan adalah pasien di Rumah Sakit Otanaha, sementara 3 kasus lainnya dilaporkan dari Lapas Kota Gorontalo. Pemeriksaan ini dilakukan melalui screening karena gejalanya menunjukkan tanda-tanda Leptospirosis,” jelas dr. Jeane.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan, wilayah dengan penyebaran kasus Leptospirosis tertinggi adalah Kabupaten Gorontalo. Wilayah ini kemudian diikuti oleh Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Banjir yang melanda Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo belakangan ini dianggap sebagai salah satu faktor penyebab meningkatnya penyebaran penyakit tersebut.
”Daerah yang terdampak banjir harus lebih waspada dan diantisipasi agar tidak terkontak langsung dengan genangan air. Kami baru-baru ini mengunjungi daerah Tilango dan masih ditemukan genangan air di sana. Warga harus lebih berhati-hati terkait penyebaran Leptospirosis karena meskipun ada peningkatan kasus, kita tetap harus waspada. Oleh karena itu, kami terus mengantisipasi dan meminta fasilitas kesehatan untuk melakukan screening terkait gejala yang muncul akibat Leptospirosis,” tegas dr. Jeane Dalie.
Gejala Leptospirosis dan Tantangan Diagnosa
Leptospirosis seringkali sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan penyakit lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan tipes. Dr. Jeane menjelaskan bahwa ada dua jenis gejala yang dialami pasien Leptospirosis, yaitu suspek dan probabel.
Gejala suspek muncul di tahap awal dan meliputi demam tinggi hingga 38 derajat Celsius, nyeri kepala hebat, nyeri betis, dan adanya pendarahan pada kunjung tifa. “Ini yang harus diantisipasi karena gejala-gejalanya mirip dengan penyakit lain. Bahkan, seringkali terjadi misdiagnosis dengan penyakit seperti DBD dan tipes,” ungkap dr. Jeane.
Sementara itu, gejala probabel adalah gejala yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis lebih lanjut. Gejala ini meliputi oliguria atau tidak adanya urin yang keluar dari pasien yang terpapar Leptospirosis, yang menunjukkan gangguan pada fungsi ginjal. “Kemudian ada juga gangguan fungsi hati yang menyebabkan tubuh pasien, terutama bola mata atau kunjung tifa, berwarna kuning,” tambahnya.
Upaya Pemerintah dan Imbauan bagi Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menekan penyebaran Leptospirosis. Pemeriksaan sampel tikus telah dilakukan sebanyak dua kali, bekerjasama dengan Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) di Manado dan Jakarta. Dari 41 sampel tikus yang diperiksa, 31 ekor dinyatakan positif terpapar Leptospirosis.
“Selain penularan pada manusia, penyakit ini juga dapat menular ke hewan ternak seperti sapi, dengan gejala yang sama seperti manusia. Oleh karena itu, penting untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari kontak langsung dengan air atau tanah yang mungkin telah terkontaminasi,” ujar dr. Jeane.
Meski tidak mengalami peningkatan kasus yang signifikan, Dinas Kesehatan menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan menjaga kebersihan lingkungan. “Menjaga kebersihan lingkungan dan mengutamakan perilaku hidup sehat adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran penyakit ini,” katanya.
Hingga kini, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo terus berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya untuk menangani penyebaran wabah ini. “Kami terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, seperti BLK dan fasilitas kesehatan lainnya, untuk memastikan penanganan yang tepat dan cepat bagi pasien yang terpapar,” ujar dr. Jeane.
Kesimpulan
kini menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Gorontalo. Dengan 57 kasus positif dan 4 kematian yang sudah terjadi, penting bagi semua pihak untuk terus waspada dan mengambil langkah preventif yang tepat. Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan terus berupaya menekan penyebaran wabah ini dengan melakukan screening dan memantau kondisi lingkungan yang terdampak banjir.
Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di daerah yang pernah mengalami banjir. Tetap menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat adalah kunci utama untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Baca selengkapnya di : KESEHATAN
Great Article bro thanks, situs slot gacor maxwin
KingBangsat88 Ku Gas Kau Babi
Great Article bro, toto togel bandar togel terpercaya
Great Article bro, monperatoto bandar togel terpercaya