Tantangan Baru untuk Pujarasa dan Dampaknya! Next Challenge dari Irjen Kemenag RI

Jakarta, 26 September 2024 – Dalam sebuah pertemuan penting yang berlangsung di ruang kerja Inspektur Jenderal Kementerian Agama RI, Faisal Ali Hasyim, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Gorontalo, Misnawaty S. Nuna, bersama Penyelenggara Zakat Wakaf, Wahyuna R. Paudi, selaku Ketua Tim Agile, membahas perkembangan proyek Pujarasa. Pertemuan ini merupakan bagian dari Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) tingkat II angkatan XXVII, yang dihadiri juga oleh Raden Sahi, wakif Pujarasa dan Ketua Yayasan Disabilitas Putra Mandiri Gorontalo.

Dalam forum tersebut, Faisal Ali Hasyim memberikan sejumlah arahan strategis untuk memastikan keberhasilan inisiatif Pujarasa, yang bertujuan untuk memberdayakan kaum disabilitas di Gorontalo. Beliau mengapresiasi langkah-langkah inovatif yang telah diambil oleh tim reformasi dan mendorong agar semangat inovasi tetap dijaga dalam setiap aspek pekerjaan.

Faisal menegaskan bahwa jabatan yang diemban harus dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara. “Kita memiliki tanggung jawab untuk membantu dan melayani masyarakat dengan penuh dedikasi,” ujar Faisal. Dia juga mengingatkan pentingnya menjaga sikap rendah hati dalam menjalankan tugas, baik dalam interaksi dengan sesama ASN maupun dengan masyarakat.

Dalam konteks Pujarasa, Faisal menekankan tantangan utama yang akan dihadapi pasca pembangunan. “Tantangan bukan hanya pada saat pembangunan, tetapi bagaimana kita mengelola program ini setelah selesai. Apakah Pujarasa dapat benar-benar memberdayakan ekonomi disabilitas? Dampaknya harus nyata. Pengelolaan yang transparan sangat penting untuk memastikan program ini sukses dan dapat menjadi contoh bagi daerah lain,” tambahnya.

Misnawaty S. Nuna melaporkan bahwa pembangunan Pujarasa saat ini sudah mencapai sekitar 30%. Sumber anggaran untuk proyek ini berasal dari swadaya masyarakat, termasuk infak dan sedekah dari sebagian ASN melalui rekening Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kemenag Kota Gorontalo. Ini menunjukkan betapa masyarakat berpartisipasi aktif dalam mendukung inisiatif yang bertujuan memberdayakan kelompok rentan.

“Pujarasa bukan hanya proyek fisik, tetapi juga sebuah langkah untuk membangun kesadaran tentang pentingnya inklusi sosial. Kami telah berkoordinasi dengan berbagai stakeholder, seperti Direktorat Zakat dan Wakaf Kemenag RI, Direktorat Perlindungan Sosial dan Disabilitas Kementerian Sosial RI, Laz Asfa, BPKH, dan Baznas Pusat untuk memastikan semua elemen terlibat dan mendukung keberhasilan proyek ini,” ungkap Misnawaty.

Proyek Pujarasa diharapkan tidak hanya akan menciptakan fasilitas, tetapi juga memberikan pelatihan keterampilan kepada kaum disabilitas. Program ini akan membantu mereka dalam mendapatkan akses ke pekerjaan yang layak dan berkontribusi pada perekonomian lokal. Dengan dukungan yang tepat, Pujarasa diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan yang dapat diadopsi oleh daerah lain di Indonesia.

Raden Sahi, selaku wakif Pujarasa, menambahkan, “Kami ingin memastikan bahwa semua orang, terutama kaum disabilitas, memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Pujarasa adalah langkah awal menuju masyarakat yang lebih inklusif.”

Meskipun proyek ini menjanjikan, tantangan tetap ada. Pengelolaan yang baik dan transparan akan menjadi kunci keberhasilan. Misnawaty menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk memastikan setiap langkah diambil dengan penuh tanggung jawab. “Kami berkomitmen untuk memenuhi tantangan Pak Irjen agar proyek ini selesai dengan baik, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh kaum rentan disabilitas,” tegasnya.

Pujarasa bukan hanya sekadar inisiatif pembangunan, tetapi juga upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu disabilitas. Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat lebih terbuka dan menerima keberadaan kaum disabilitas, serta mendukung mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

Misnawaty juga menggarisbawahi bahwa keberhasilan Pujarasa akan bergantung pada seberapa besar dukungan yang diberikan oleh masyarakat. “Kami ingin agar Pujarasa tidak hanya menjadi proyek yang sukses, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan paradigma dalam masyarakat. Kami berharap semua orang dapat melihat disabilitas bukan sebagai kekurangan, tetapi sebagai bagian dari keanekaragaman yang harus dihargai dan diberdayakan,” ujarnya.

Dengan adanya pertemuan ini, harapan untuk keberhasilan pembangunan Pujarasa semakin kuat. Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, dampak positifnya tidak hanya akan dirasakan oleh kaum disabilitas di Kota Gorontalo, tetapi juga dapat menginspirasi daerah lain untuk mengambil langkah serupa.

Proyek Pujarasa diharapkan dapat menjadi contoh nyata bahwa dengan kolaborasi, inovasi, dan komitmen yang kuat, kita dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam masyarakat. Pemberdayaan disabilitas harus menjadi prioritas, dan dengan inisiatif ini, Gorontalo menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan adil bagi semua.

Dengan demikian, Pujarasa bukan hanya sekadar proyek, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi semua anggota masyarakat, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan.

selanjutnya hanya di NEWS