
26 Orang Tewas: KMHDI Kecam Penembakan Wisatawan Hindu di Kashmir India
Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) mengecam keras insiden penembakan brutal yang menewaskan 26 wisatawan Hindu di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir, India, pada Selasa, 22 April 2025. Aksi kekerasan tersebut menjadi salah satu serangan paling mematikan terhadap turis di wilayah tersebut dalam dua dekade terakhir.
Ketua Umum Pengurus Pusat KMHDI, I Wayan Darmawan, menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga para korban. Ia menegaskan bahwa tindakan kekerasan atas nama ideologi atau politik tidak dapat dibenarkan dalam situasi apa pun.
“Kami sangat prihatin dan mengecam tindakan tidak berperikemanusiaan tersebut. Tindakan kekerasan atas nama ideologi atau politik tidak bisa dibenarkan dalam kondisi apa pun,” ujar Darmawan dalam pernyataan resminya pada Rabu, 24 April 2025.
Ia juga menekankan pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia, termasuk jaminan kebebasan berwisata secara aman bagi setiap individu. Selain itu, KMHDI meminta pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri untuk segera mengambil langkah diplomatik guna memastikan keselamatan warga negara Indonesia (WNI) di India.
Darmawan juga mendorong agar pemerintah Indonesia menyuarakan solidaritas kepada para korban serta mengecam aksi kekerasan tersebut dalam forum-forum internasional. “Kami mendorong adanya penyelesaian konflik dengan prinsip kemanusiaan, bukan dengan kekerasan,” tegasnya.
Serangan Brutal di Tengah Ketenangan Wisata
Serangan itu terjadi di Pahalgam, sebuah kota wisata yang terkenal dengan keindahan alamnya, yang terletak di Distrik Anantnag, sekitar 90 kilometer dari Srinagar. Kawasan ini dikenal sebagai destinasi populer, terutama pada musim liburan. Namun, ketenangan kota yang dijuluki “Little Switzerland” itu berubah menjadi mencekam ketika sekelompok pria bersenjata menyerang para wisatawan secara brutal.
Menurut laporan Al Jazeera, insiden ini adalah yang paling mematikan dalam seperempat abad terakhir terhadap turis di wilayah Kashmir. Serangan tersebut juga terjadi sehari setelah Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, yang tengah melakukan kunjungan selama empat hari ke India.
Salah seorang pemandu wisata yang berada di lokasi kejadian menyatakan bahwa ia datang setelah mendengar suara tembakan dan segera membantu korban yang terluka dengan menunggang kuda untuk menghindari medan yang sulit dijangkau kendaraan.
Reaksi Nasional dan Internasional
Insiden ini langsung mengguncang India dan menarik perhatian internasional. PM Narendra Modi mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi dan segera kembali ke New Delhi pada Selasa malam untuk mengadakan pertemuan darurat. Dalam unggahan di media sosial X, Modi menyatakan tekad kuat India untuk memerangi terorisme.
“Mereka yang berada di balik tindakan keji ini akan diadili. Agenda jahat mereka tidak akan pernah berhasil. Tekad kami untuk memerangi terorisme tidak tergoyahkan dan akan semakin kuat,” tulis Modi.
Pemimpin oposisi India, Sonia Gandhi, juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam. Ia menyebut serangan tersebut sebagai tindakan pengecut dan menegaskan bahwa seluruh bangsa India harus bersatu melawan terorisme.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan kecaman keras terhadap aksi tersebut dan menyatakan dukungan penuh terhadap India. “Amerika Serikat berdiri teguh bersama India melawan terorisme,” ujarnya pada Rabu (23/4/2025). Dalam panggilan telepon dengan PM Modi, Trump berkomitmen untuk membantu India dalam mengadili para pelaku serangan.
Situasi Pasca Serangan: Eksodus Turis dan Operasi Militer
Sehari setelah insiden, suasana di Pahalgam berubah drastis. Para wisatawan berbondong-bondong meninggalkan kota itu dengan bus dan taksi. Hotel-hotel di wilayah tersebut mengalami lonjakan pembatalan pemesanan, mencerminkan ketakutan dan trauma yang mendalam.
Kepala Menteri Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, melaporkan eksodus besar-besaran dari wilayah tersebut. Sementara itu, militer India mengerahkan pasukan tambahan untuk mengejar para pelaku. Helikopter militer terbang rendah di atas kota, dan lokasi kejadian kini dijaga ketat oleh personel bersenjata lengkap.
Sisa-sisa serangan masih terlihat jelas sehari setelah kejadian. Bercak darah dan puing-puing masih berserakan, meninggalkan jejak horor di kawasan yang biasanya ramai dengan wisatawan lokal dan mancanegara.
Kelompok militan The Resistance Front (TRF), yang dikenal sebagai afiliasi dari Lashkar-e-Taiba dan dipimpin oleh Hafiz Saeed, telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Ini semakin menambah kompleksitas hubungan antara India dan Pakistan, serta memperbesar kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan yang telah lama menjadi wilayah sengketa.
Baca berita lainya di : Pohalaa.com