
Galungan: Kemenangan Dharma untuk Generasi Muda Hindu di Lampung
Lampung, 23 April 2025 – Hari Raya Galungan bukan hanya soal tradisi, tetapi juga refleksi hidup yang relevan banget buat kita, terutama bagi anak muda Hindu yang tinggal di daerah rantauan, seperti Lampung. I Kadek Ria Febri Yana, yang akrab disapa Kadek Bink atau Dek Bink, mengajak generasi muda untuk lebih mendalami makna Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari Rabu, 23 April 2025. “Galungan itu bukan cuma soal upacara, tapi juga momen untuk ngecek diri kita, apakah jalan yang kita pilih selama ini sudah sesuai dengan nilai-nilai Dharma?” ujar I Kadek.
Galungan bisa dibilang seperti reset button dalam kehidupan kita. Kalau di dunia digital kita sering dengar istilah refresh atau update supaya lebih kekinian, Galungan itu semacam update spiritual kita. Peringatan kemenangan Dharma (kebenaran) atas Adharma (keburukan) adalah simbol bahwa hidup kita perlu seimbang dan selalu mengarah pada kebaikan. Sama kayak kita ngecek timeline atau feed media sosial, kita perlu tahu apakah konten yang kita sebarkan positif atau justru menyesatkan.
Di Bhagavad Gita ada ayat yang bilang:
“Yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharata, abhyutthanam adharmasya tadatmanam srijamy aham.”
(Bhagavad Gita, 4.7)
“Setiap kali Dharma melemah dan Adharma menguat, maka Aku, Tuhan, akan turun ke dunia ini.”
Artinya, kalau kita merasa dunia ini penuh dengan hal yang tidak benar, saatnya kita, sebagai anak muda, turun tangan. Galungan mengingatkan kita untuk selalu kembali ke jalan yang benar, meskipun banyak godaan di luar sana. Kalau dipikir-pikir, hidup itu kayak game yang terus ada level baru. Kalau kita nggak main dengan nilai-nilai yang baik, kita bakal mudah terjebak di level yang salah.
Salah satu pesan besar dari Galungan adalah keseimbangan. Paham nggak sih, kalau penjor yang dipasang di hari raya ini, simbol keseimbangan antara dunia material dan spiritual? Ini mirip banget dengan konsep balance yang sering dibahas di sosial media—baik dalam pekerjaan, hubungan, atau kehidupan pribadi. Intinya, kita harus seimbang dan nggak terlalu terfokus hanya pada satu sisi.
“Saha na vavatu, saha nau bhunaktu, saha viryam karavavahai.”
(Rigveda 1.89.1)
“Semoga kita hidup bersama dalam kedamaian, menikmati bersama keberkahan dan kekuatan.”
Sebagai anak muda Hindu yang tinggal di Lampung, I Kadek Ria Febri Yana mengakui bahwa merayakan Galungan di daerah yang mayoritasnya bukan Hindu memang penuh tantangan. Tapi justru di sinilah pentingnya menjaga identitas diri. Sama seperti influencer yang tetap mempertahankan style-nya meski tren berubah-ubah, kita juga perlu tetap teguh dengan nilai-nilai Hindu kita, meski dikelilingi banyak perbedaan. “Di Lampung, kita bukan hanya menjaga tradisi, tapi juga mengajarkan orang lain tentang keberagaman dan makna hidup yang lebih baik,” tambah I Kadek.
Galungan juga jadi waktu yang pas untuk introspeksi—nggak beda jauh sama nge-scroll medsos sambil mikir, “Apakah hidup kita sudah sesuai dengan yang kita inginkan?” I Kadek berharap, momen Galungan ini bisa jadi checklist bagi generasi muda Hindu. “Jangan cuma nonton orang lain, yuk, kita juga jadi generasi yang bermanfaat, yang bisa membawa kebaikan, bukan cuma buat diri sendiri tapi juga buat lingkungan sekitar,” ujarnya.
Dengan semangat Hari Raya Galungan, I Kadek Ria Febri Yana berharap agar pemuda Hindu di Lampung, dan di mana pun, bisa terus memperjuangkan nilai-nilai agama, menjaga persatuan, dan berperan aktif untuk masyarakat yang lebih baik.
Tentang I Kadek Ria Febri Yana
I Kadek Ria Febri Yana adalah anak muda Hindu yang aktif di berbagai kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat. Selain menjaga dan melestarikan budaya serta agama Hindu, ia juga berkomitmen untuk memperkenalkan keberagaman di Indonesia, khususnya di Lampung, sebagai daerah dengan mayoritas penduduk non-Hindu. Ia lebih akrab disapa Kadek Bink atau Dek Bink oleh teman-temannya.
Baca Berita lainnya di Pohalaa.com