
Ancaman Resesi Mengintai: Indonesia Butuh Lebih dari Sekadar Optimisme!
Jakarta, 14 April 2025 – Ketidakpastian ekonomi global yang semakin memburuk menempatkan Indonesia di ambang ancaman resesi. Meskipun pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2% di tahun 2025, sejumlah pengamat menganggap target tersebut terlalu optimistis, mengingat berbagai tantangan yang tengah dihadapi negara ini, termasuk dampak dari kebijakan tarif Amerika Serikat dan gejolak pasar internasional.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa meskipun pemerintah telah mempersiapkan berbagai langkah kebijakan untuk mengatasi dampak negatif dari kebijakan tarif baru AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap diperkirakan akan terganggu. Sektor ekspor, khususnya produk-produk unggulan Indonesia seperti minyak sawit, tekstil, dan elektronik, mengalami penurunan permintaan. Sebagai respons, pemerintah menyusun strategi baru dengan pemotongan pajak, deregulasi, serta relaksasi kebijakan impor untuk menjaga perekonomian domestik tetap bergerak.
Bendahara Umum PP KMHDI, Gde Bayu Pangestu AW menilai bahwa optimisme saja tidak cukup untuk menghadapi situasi ini. Hal ini ditegaskan bahwa Indonesia membutuhkan kebijakan ekonomi yang lebih realistis dan berbasis pada pemahaman mendalam tentang tantangan yang ada. “Strategi fiskal yang tepat sasaran sangat penting untuk menjaga ketahanan ekonomi kita. Kebijakan yang hanya berlandaskan pada optimisme tanpa disertai dengan langkah-langkah konkret tidak akan memberikan hasil yang diinginkan,” ujar Bayu.
Tidak hanya itu, Indonesia juga harus menghadapi tekanan dari dalam negeri, yaitu menurunnya daya beli masyarakat yang semakin terasa, serta pelambatan sektor industri yang mulai memperlihatkan gejala stagnasi. Kebijakan yang selama ini diterapkan oleh pemerintah, meskipun berfokus pada peningkatan infrastruktur dan reformasi struktural, belum cukup mampu mengangkat daya saing Indonesia di kancah global.
Bayu Pangestu, yang juga mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), menambahkan bahwa kebijakan ekonomi harus mampu memberikan dampak langsung kepada sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti UMKM dan sektor industri kreatif. “Pemerintah harus mengarahkan kebijakan ekonomi untuk melindungi dan memberdayakan sektor-sektor ini. Indonesia membutuhkan kebijakan yang lebih adaptif dan responsif terhadap dinamika global dan domestik,” ucapnya.
Pemerintah diharapkan segera melakukan penyesuaian kebijakan yang lebih strategis dan berbasis pada kondisi riil yang ada, agar perekonomian Indonesia dapat bertahan dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini. Selain itu, masyarakat juga diharapkan lebih kritis dan proaktif dalam menghadapi masa depan ekonomi Indonesia yang penuh tantangan.
Baca Berita Lainnya di Pohalaa.com