Warisan Abadi: Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gorontalo 2024
Oleh : Iksandi Aliwu
Tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gorontalo merupakan salah satu bentuk ekspresi syukur masyarakat terhadap kelahiran Rasulullah. Diperkirakan telah ada sejak abad ke-17, tradisi ini sejalan dengan masuknya Islam ke Bumi Hulondalo. Salah satu aspek paling menarik dari peringatan ini adalah mo dikili, yang menjadi identitas budaya masyarakat Gorontalo. Dalam tulisan ini, kita akan menggali lebih dalam tentang mo dikili, pelaksanaannya, serta pentingnya pelestarian tradisi ini di kalangan generasi muda.
Gorontalo, sebagai daerah yang kaya akan budaya dan sejarah, menjadi salah satu wilayah yang menyambut kedatangan Islam dengan hangat. Sejak abad ke-17, Islam berkembang pesat di sini, membawa nilai-nilai spiritual dan sosial yang membentuk karakter masyarakat. Salah satu tradisi yang berkembang adalah walima, sebuah peringatan untuk menghormati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Walima di Gorontalo bukan sekadar acara seremonial, melainkan sebuah perayaan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Ini adalah momen untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan memperkuat ikatan sosial antarwarga.
Mo dikili, yang berarti zikir dalam bahasa Gorontalo, menjadi inti dari peringatan Maulid Nabi di Gorontalo. Dalam pelaksanaannya, mo dikili tidak hanya sebagai ungkapan rasa syukur, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan kisah hidup Nabi Muhammad SAW. Melalui dzikir ini, masyarakat Gorontalo melantunkan doa dan puji-pujian yang diambil dari naskah-naskah berbahasa Arab yang ditulis dalam huruf Arab tanpa harkat, menjadikannya tantangan tersendiri, terutama bagi para pelantun yang mayoritas berasal dari kalangan lansia.
Tradisi mo dikili dilaksanakan di hampir setiap masjid di Gorontalo, dimulai dari tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW dan berlanjut selama beberapa pekan. Lantunan dzikir ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, mengingatkan mereka akan pentingnya nilai-nilai yang diajarkan oleh Nabi.
Pelantun dzikir biasanya terdiri dari warga desa, tetapi sering kali juga melibatkan pelantun dari desa atau kecamatan lain, bahkan dari kabupaten lain. Hal ini bukan hanya memperkaya pengalaman spiritual, tetapi juga menciptakan kesempatan untuk menjalin silaturahmi antarwarga. Masyarakat yang hadir akan mendengarkan dengan khusyuk dan terkadang ikut melantunkan doa bersama.
Salah satu hal menarik dari tradisi mo dikili adalah pelantunnya yang didominasi oleh para lansia. Meskipun tantangan dalam membaca naskah dzikir tanpa harkat cukup sulit, mereka menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tradisi ini. Keterampilan dalam membaca teks dzikir biasanya diperoleh melalui proses pembelajaran yang panjang, diturunkan dari generasi ke generasi.
Namun, tantangan ini juga menciptakan kekhawatiran akan keberlanjutan tradisi. Anak-anak muda yang seharusnya mengambil alih peran ini terkadang kurang tertarik atau tidak memiliki kesempatan untuk belajar. Oleh karena itu, penting untuk mendorong generasi muda untuk aktif terlibat dalam tradisi mo dikili, agar warisan budaya ini tidak hilang.
Pelestarian tradisi mo dikili memerlukan inisiatif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi, dan komunitas lokal. Penting untuk mengadakan pelatihan yang berfokus pada pembelajaran mo dikili, agar generasi muda dapat memahami dan menguasai keterampilan ini. Kegiatan semacam ini tidak hanya akan memperkuat pemahaman mereka tentang agama, tetapi juga memberikan mereka rasa memiliki terhadap budaya lokal.
Peringatan Maulid Nabi di Gorontalo juga ditandai dengan pembuatan Tolangga, Toyopo, dan berbagai kue tradisional. Tolangga, yang merupakan sebuah wadah berbentuk bulat, biasanya diisi dengan Toyopo dan kue-kue khas Gorontalo. Kegiatan ini melambangkan rasa syukur dan sedekah kepada pelantun dzikir.
Pembacaan teks dikili dilaksanakan pada malam hari hingga pagi hari, di mana pelantun membacakan secara bergantian. Suasana penuh kehangatan dan kekeluargaan sangat terasa, menciptakan momen yang berkesan bagi seluruh masyarakat yang hadir.
Mengingat pentingnya tradisi ini, ada harapan besar agar anak-anak muda mau belajar dan melanjutkan tradisi mo dikili. Ini adalah tantangan sekaligus kesempatan untuk mereka memahami lebih dalam tentang ajaran Nabi Muhammad SAW dan nilai-nilai yang terkandung dalam dzikir. Melalui partisipasi aktif dalam peringatan ini, generasi muda tidak hanya belajar tentang sejarah dan budaya mereka, tetapi juga memperkuat iman dan karakter pribadi mereka.
Tradisi walima dan mo dikili di Gorontalo merupakan warisan budaya yang kaya dan penuh makna. Penting untuk terus melestarikan tradisi ini agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan organisasi lokal sangat diperlukan untuk menciptakan program-program pelatihan yang dapat mengajarkan nilai-nilai serta keterampilan yang terkait dengan tradisi ini.
Dengan melibatkan generasi muda dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan pelaksanaan mo dikili, diharapkan tradisi ini tidak hanya akan terus hidup, tetapi juga berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan merayakan warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.
Info menarik lainnya di CityZen