Upacara Parisudha Agung Paripurna Perdana di Candi Prambanan: Simbol Kebangkitan dan Persatuan Umat Hindu Nusantara

Pada 12 November 2024, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat untuk pertama kalinya menyelenggarakan upacara Parisudha Agung Paripurna di kompleks Candi Prambanan. Upacara sakral yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi ini merupakan pelaksanaan amanat dari Pesamuhan Agung PHDI pada tahun 2023 di Denpasar, Bali, di mana keputusan ini ditetapkan sebagai bagian dari pemuliaan dan pemaknaan Candi Prambanan dalam kehidupan spiritual umat Hindu di Indonesia.

Upacara Parisudha Agung Paripurna yang dikategorikan sebagai Pujawali atau Piodalan, dilaksanakan berdasarkan perhitungan kalender Hindu yang mengikuti siklus sasih (penanggalan bulan Hindu). Melalui riset dan kajian arkeologi, diketahui bahwa Abhiseka Candi Prambanan atau upacara penahbisan pertama kali dilakukan pada Ekadasi Suklapaksa Margasira, tepatnya tanggal 12 November 856 Masehi. Tanggal ini dianggap sebagai hari sakral dan diabadikan sebagai titik penting dalam sejarah keberadaan Candi Prambanan sebagai pusat peribadatan Hindu yang bersejarah.

Sejak tahun 2019, upacara Abhiseka secara rutin diselenggarakan untuk menghormati Candi Prambanan. Sementara itu, PHDI Pusat menginisiasi Parisudha Agung Paripurna sebagai upacara yang diselenggarakan dengan memperhatikan siklus kalender Hindu Sasih. Berdasarkan perhitungan tersebut, Ekadasi Suklapaksa Margasira tahun ini jatuh empat hari sebelum Purnama Sasih Kelima, yang kebetulan bertepatan dengan tanggal 12 November. Momentum tersebut menjadi waktu yang sangat istimewa sehingga upacara Abhiseka dan Parisudha Agung Paripurna dapat dilaksanakan secara bersamaan, membawa makna dan simbolisme yang mendalam.

Upacara gabungan ini dihadiri oleh tujuh pendeta terkemuka yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, termasuk di antaranya adalah Ida Rsi Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba, yang menjabat sebagai Sekretaris Sabha Pandita PHDI Pusat, serta Ida Pandita Mpu Jaya Brahmananda. Kehadiran para tokoh ini menegaskan makna upacara sebagai simbol kebersamaan. Hadir pula beberapa tokoh penting umat Hindu di Indonesia, di antaranya adalah Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya yang menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat, dan Ketua PHDI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), I Nyoman Warta.

Dalam pidato sambutannya, Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, mengungkapkan bahwa Candi Prambanan adalah simbol dari toleransi, kerukunan, dan persatuan umat Hindu di Nusantara. Ia menekankan pentingnya implementasi nilai-nilai ajaran Panca Satya sebagai fondasi moral untuk membangun komunitas umat yang rukun, harmonis, serta berintegritas tinggi. Ajaran Panca Satya dianggap sebagai pedoman hidup yang diharapkan dapat memperkokoh rasa solidaritas dan kebersamaan umat Hindu di Indonesia.

Peristiwa langka dan bersejarah ini disambut dengan penuh antusiasme oleh umat Hindu yang hadir, serta menjadi simbol kebangkitan spiritual dan penguatan ikatan persatuan. Upacara Parisudha Agung Paripurna di Candi Prambanan diharapkan tidak hanya menjadi momentum untuk merawat nilai-nilai spiritual dan tradisi agama, namun juga menjadi sumber inspirasi bagi umat Hindu dalam menjaga persatuan, harmoni, dan kesucian ajaran Dharma di Indonesia.

Baca Juga Berita Lainya Di https://pohalaa.com/