Seminar Moderasi Beragama di ITERA Banjir Pujian dari Para Tokoh Agama
Lampung Selatan, 24 Oktober 2024 – Institut Teknologi Sumatera (ITERA) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga dan merawat kerukunan beragama di kalangan mahasiswa melalui seminar bertajuk Moderasi Beragama. Acara yang dihadiri oleh 132 peserta ini diselenggarakan oleh Kementerian Keagamaan Kabinet KM ITERA, dengan menghadirkan lima tokoh agama dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bandar Lampung sebagai narasumber.
Acara dibuka oleh Menteri Keagamaan Kabinet KM ITERA, Ega Abdillah Ghaniya, yang dalam sambutannya menyampaikan, “Saya mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan moderasi beragama ini. Acara ini diinisiasi karena keberagaman agama yang dianut oleh mahasiswa ITERA. Kerukunan di dalam kampus ini bukan hanya dijaga dalam ranah teoritis, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di kampus.” Ega menutup sambutannya dengan penuh harapan melalui kalimat, Salam Keberagaman.
Sambutan serupa datang dari para ketua UKM keagamaan di ITERA yang menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. Mereka melihat seminar ini sebagai langkah positif dalam memperkuat dialog dan toleransi antarumat beragama di lingkungan kampus.
Salah satu narasumber, H. Purna Irawan, dari FKUB mewakili umat Islam, menekankan pentingnya keberagaman sebagai rahmat Tuhan. “Indonesia adalah negara besar yang terdiri dari 17 ribu pulau, 412 suku budaya, 702 dialek bahasa, dan 6 agama beserta kepercayaan. Moderasi beragama adalah kunci untuk menjaga kebersamaan ini. Perbedaan yang saling dihargai akan menjadi indah ketika disatukan.”
Senada dengan itu, Paulus Petrus, mewakili umat Buddha, menyatakan kekagumannya terhadap keberadaan Rumah Ibadah Multiagama (RIMA) di ITERA. “Adanya lima tempat ibadah di kampus ini mencerminkan bagaimana kerukunan dan keharmonisan dapat terwujud. Saya bangga bisa menjadi bagian dari dialog ini dan berharap toleransi ini dapat terus ditingkatkan.”
Pdt. Stefanus Wardoyo, dari Kristen Protestan, menekankan bahwa moderasi beragama perlu dipahami dengan baik oleh generasi muda. “Dengan moderasi, kita ada kerinduan untuk meningkatkan keimanan. Ini bukan hanya tentang kerukunan, tetapi juga bagaimana kita dapat menempatkan jati diri kita sebagai umat yang beriman dalam kehidupan sehari-hari.”
Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta bernama Sayu mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan dibangunnya RIMA di tingkat provinsi. H. Purna Irawan merespon dengan optimis, “Insya Allah, kita di FKUB sudah memiliki rencana untuk mengembangkan wisata kerukunan yang mencakup lima rumah ibadah dalam satu lokasi. Namun, tantangan utama saat ini adalah ketersediaan lahan dan dana.”
Pertanyaan serupa juga datang dari peserta bernama Made, yang menyoroti kurangnya fasilitas ibadah di kampus. H. Purna menegaskan bahwa rekomendasi dari mahasiswa melalui acara ini akan sangat membantu dalam memperjuangkan penambahan fasilitas tersebut.
seminar ini ditutup dengan pernyataan harapan dari FKUB Bandar Lampung untuk menjalin kerja sama lebih lanjut dengan ITERA. Salah satu tindak lanjut yang diusulkan adalah MOU antara FKUB dan pihak kampus untuk terus mendukung moderasi beragama di ITERA.
Sebagai penutup seminar ini, Agus Warso, mewakili umat Katolik, memberikan pesan mendalam, “Mari kita kembangkan moderasi beragama dan toleransi. Jangan lupakan kebudayaan kita yang mengajarkan penghormatan dan penghargaan. Rumah ibadah bukan hanya tempat, tetapi simbol yang harus kita wujudkan dalam hati dan perilaku sehari-hari.”
Baca Berita lainnya di Pohalaa.com