
Penanaman Sejuta Pohon, Kemenag Gandeng Organisasi Hindu Gorontalo Tanam Bibit di Danau Perintis 2025
Gorontalo, 21 April 2025 – Telah terlaksananya penanaman bibit pohon yang ditanam dalam kegiatan kolaboratif yang dilaksanakan di Danau Perintis, Provinsi Gorontalo, pada Sabtu, 20 April 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Penanaman Sejuta Pohon Matoa yang diinisiasi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dan kesadaran ekologis dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55.
Pelaksanaan kegiatan di Gorontalo menjadi salah satu wujud nyata dari program prioritas Menteri Agama, Nasaruddin Umar, yang dikenal dengan nama Ekoteologi—sebuah pendekatan berbasis spiritual dan lintas iman dalam merespons krisis lingkungan global.
Meski secara nasional program ini mengusung penanaman pohon matoa, keterbatasan bibit matoa di wilayah Gorontalo tak menjadi penghalang. Sebagai alternatif, panitia mengganti dengan jenis tanaman lokal lain seperti kelapa, alpukat, dan srikaya yang dinilai mampu tumbuh optimal di kawasan tersebut. Penanaman dilakukan di lahan milik Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Gorontalo yang terletak di sekitar kawasan Danau Perintis, sebuah lokasi yang strategis dan memiliki potensi lingkungan yang kuat untuk penghijauan.
Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, khususnya dari komunitas Hindu di Gorontalo. Organisasi-organisasi yang berpartisipasi antara lain PHDI Provinsi dan Kota Gorontalo, Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Gorontalo, Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG), DPP Peradah Indonesia Gorontalo, serta Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu Universitas Negeri Gorontalo (UKM Hindu UNG).
Kolaborasi ini menunjukkan kuatnya semangat lintas iman dalam menjaga alam sebagai bagian dari amanah spiritual. “Ini bukan sekadar kegiatan tanam pohon. Ini adalah bentuk pengabdian kepada alam dan Tuhan. Menjaga lingkungan adalah bagian dari dharma kami,” ungkap salah satu perwakilan KMHDI Gorontalo yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Menurut panitia pelaksana, proses kegiatan dimulai dari pencarian dan pengadaan bibit pohon, penentuan lokasi tanam, hingga penanaman yang dilakukan secara gotong royong oleh seluruh peserta. Bibit ditanam di area pinggir hingga bagian tengah lahan yang dinilai strategis untuk pertumbuhan jangka panjang.
Program ini sejalan dengan pernyataan Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam peluncuran Asta Protas 2025–2029. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya agama sebagai kekuatan moral dalam merawat bumi. Ia menyebut gerakan ekoteologi sebagai bentuk “zikir semesta”, yakni spiritualitas yang diejawantahkan dalam tindakan nyata menjaga ciptaan Tuhan.
Sementara itu, menurut Kasubdit Bina Kelembagaan dan Kerja Sama Zakat dan Wakaf Kemenag, Muhibuddin, penanaman pohon matoa dan tanaman lainnya bukan hanya bertujuan ekologis, tetapi juga spiritual dan sosial. “Ini adalah upaya membangun kesadaran kolektif, bahwa bumi bukan hanya untuk dieksploitasi, tapi untuk dirawat bersama sebagai amanah ilahi,” ujarnya dalam keterangan sebelumnya.
Kegiatan ini pun menjadi momentum penting bagi penguatan toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Pelibatan organisasi Hindu secara aktif dalam program nasional Kemenag mempertegas bahwa upaya menjaga bumi adalah tanggung jawab bersama, lintas suku, agama, dan golongan.
Lebih dari sekadar kerja kolektif menanam pohon, kegiatan ini juga menjadi ruang silaturahmi antarumat beragama. Para peserta dari berbagai latar belakang saling berbaur, bekerja sama, dan berdiskusi tentang pentingnya menjaga ekosistem. Nuansa kebersamaan yang tercipta mencerminkan Indonesia dalam miniatur: beragam namun satu tujuan.
Gerakan ini tidak hanya berhenti pada simbolisasi penanaman pohon. Dalam jangka panjang, Kemenag juga merancang kerja sama dengan berbagai lembaga, termasuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan organisasi internasional seperti MOSAIC (Muslims for Shared Action on Climate Impact) untuk mengembangkan Green Waqf—konsep wakaf berbasis konservasi lingkungan yang menggabungkan nilai religius, keberlanjutan ekonomi, dan pelestarian alam.
Melalui semangat Hari Bumi, Gerakan Penanaman Sejuta Pohon Matoa diharapkan menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih hijau dan lestari. Penanaman bibit di Danau Perintis bukan sekadar menumbuhkan pohon, tetapi juga menumbuhkan harapan, kepedulian, dan cinta terhadap bumi.
Kini, tantangannya bukan lagi pada seberapa banyak pohon yang bisa ditanam, tetapi seberapa besar komitmen kita untuk terus merawat dan menjaga bumi. Karena bumi bukan warisan nenek moyang, melainkan titipan untuk generasi yang akan datang.
Baca berita lainnya di : Pohalaa.com