Kemarahan Iran: Serangan Rudal yang Mengguncang Israel!
Ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat setelah Iran mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara yang memberikan izin wilayah udaranya untuk Israel. Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa negara-negara tersebut akan dianggap sebagai musuh.
Araghchi menekankan, “Kami telah memberi tahu perwakilan negara lain bahwa siapa pun yang menyediakan wilayah udaranya bagi Israel akan dianggap sebagai musuh. Namun, saya berharap tidak ada yang akan memberikan izin tersebut,” seperti yang dilaporkan oleh kantor berita Iran, SNN.
Serangan Rudal Hipersonik ke Israel
Pada Selasa malam (1 Oktober 2024), Iran meluncurkan ratusan rudal balistik hipersonik ke arah Israel. Serangan ini dilakukan beberapa jam setelah Israel mengumumkan operasi invasi darat di Lebanon bagian selatan. Menurut klaim Israel, lebih dari 180 rudal diluncurkan, meskipun sebagian besar berhasil dicegat oleh pertahanan udara mereka.
Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) mengonfirmasi bahwa serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan mematikan Israel di Gaza dan Lebanon. Selain itu, serangan ini juga dianggap sebagai balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, komandan IRGC Abbas Nilforoushan, dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang tewas di Teheran pada Juli 2024.
Keefektifan Serangan dan Respons Militer AS
IRGC menyatakan bahwa untuk pertama kalinya, mereka menggunakan rudal Fattah hipersonik, dengan klaim bahwa 90 persen dari rudal tersebut berhasil mencapai target di Israel. Suasana mencekam menyelimuti Israel saat alarm berbunyi di seluruh negeri dan ledakan terdengar hingga Yerusalem dan lembah Sungai Yordan. Dalam situasi ini, militer AS juga turut serta dalam pencegatan proyektil Iran, dengan kapal perang angkatan laut AS bergabung dengan unit pertahanan udara Israel.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menjelaskan, “Kapal perang angkatan laut AS bergabung dengan unit pertahanan udara Israel dalam menembakkan pencegat untuk menembak jatuh rudal masuk.” Ini menunjukkan adanya kerjasama yang kuat antara Israel dan Amerika Serikat di tengah meningkatnya ketegangan.
Pernyataan Pemimpin Israel dan Ancaman Balasan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Iran telah “membuat kesalahan besar” dan bahwa mereka akan menghadapi konsekuensinya. Perwakilan Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Danny Danon, menegaskan bahwa Israel akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warganya.
“Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya kepada masyarakat internasional, setiap musuh yang menyerang Israel harus mengharapkan tanggapan yang keras,” tulis Danon di media sosial. Ini menunjukkan tekad Israel untuk tidak mundur meskipun menghadapi ancaman yang semakin besar.
Eskalasi Konflik di Lebanon dan Gaza
Setelah serangan rudal Iran, Israel melanjutkan serangan darat ke Lebanon dan serangan udara ke Jalur Gaza. Di Lebanon, serangan ini menyebabkan tewasnya delapan tentara Israel, sementara di Gaza, sedikitnya 51 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dilaporkan tewas akibat operasi darat dan udara Israel di Khan Younis.
Di Lebanon, serangan udara Israel menghantam sebuah gedung apartemen di dekat pusat kota Beirut, menewaskan setidaknya enam orang dan melukai tujuh lainnya. Penduduk setempat melaporkan bau seperti belerang, dengan beberapa laporan menyebut Israel menggunakan bom fosfor yang dilarang secara internasional.
Tindakan Internasional dan Respons PBB
Tindakan terbaru di beberapa front menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Iran yang mendukung Hizbullah dan militan Hamas, meluncurkan puluhan rudal ke Israel, sementara Israel memperingatkan bahwa serangan tersebut akan menimbulkan “dampak buruk”.
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 1.000 orang di Lebanon dalam dua minggu terakhir, dengan hampir seperempatnya adalah perempuan dan anak-anak. Dalam perkembangan lain, Israel mengecam PBB dan menyatakan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres sebagai persona non grata, menambah ketegangan antara Israel dan badan internasional tersebut.
Ancaman Perang Regional
Situasi ini semakin memperburuk ketegangan di Timur Tengah, dengan potensi terjadinya perang regional yang melibatkan Iran dan Amerika Serikat. Analis mengatakan bahwa respons Israel kali ini mungkin lebih tajam, dengan kemungkinan Israel menargetkan fasilitas nuklir atau sumber daya energi Iran.
Ratusan ribu orang di Lebanon telah meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel, dan militer Israel telah memperingatkan penduduk di 50 desa untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman. Sementara itu, Hizbullah telah bersumpah untuk terus melancarkan roket ke Israel hingga adanya gencatan senjata di Jalur Gaza.
Krisis ini menunjukkan betapa rentannya situasi di Timur Tengah dan bagaimana satu tindakan dapat memicu rangkaian balasan yang berpotensi menghancurkan. Dengan serangan yang terus berlangsung dan pernyataan tegas dari kedua belah pihak, dunia menyaksikan dengan cemas kemungkinan eskalasi lebih lanjut yang dapat melibatkan lebih banyak negara dan memperdalam ketidakstabilan di kawasan tersebut.
Ketegangan yang ada tidak hanya menjadi masalah bagi negara-negara yang terlibat, tetapi juga bagi masyarakat internasional yang harus bersiap menghadapi dampak dari konflik yang berkepanjangan ini.
Tetap bersama kami untuk berita selanjutnya yang akan mengupas lebih dalam tentang perkembangan terbaru di berbagai isu terkini dan peristiwa penting lainnya.