DBD Meningkat: 5 langkah pencegahan DBD

Penulis: Ni Wayan Devi Antari

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk dalam kelompok Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Data dari WHO (World Health Organization) membuktikan bahwa perkembangan kasus DBD di Indonesia tahun 2024 khususnya di bulan Maret tercatat sebanyak 46.168 kasus, dengan kasus tertinggi tercatat di Kota Bandung, Kota Kendari, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Kabupaten Subang. Hal ini disebabkan akibat dari pasca terjadinya bencana El Nino yang kemudian disusul dengan musim hujan.

Penyakit demam berdarah dengue ini terbagi atas demam berdarah biasa dan demam berdarah berat. Adapun gejala yang ditimbulkan oleh dengue biasa yaitu demam tinggi (40ºC/104ºF), sakit kepala parah, mual, muntah, rasa sakit dibelakang mata, kelenjar bengkak, nyeri otot dan sendi, ruam.

Sedangan gejala dengue berat antara lain, sait perut yang parah, perasaan gelisah, muntah terus menerus, terdapat darah pada muntahan atau tinja, pernapasan cepat, menjadi sangat haus, gusi atau hidung berdarah, kulit pucat dan dingin, kelelahan serta merasa lemah.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya demam berdarah dengue (DBD) antara lain:

  1. Perubahan iklim dan curah hujan yang tinggi, menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk aedes aegypti, yang merupakan vektor utama penyebar dbd. Kondisi ini mempercepat perkembangbiakan nyamuk dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
  2. Angka bebas jentik (ABJ) masih dibawah standar, yang menunjukkan persentase tempat yang tidak ditemukan jentik nyamuk. Standar yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan adalah 95%. Jika abj di suatu daerah di bawah angka ini, berarti masih banyak tempat yang memungkinkan berkembang biaknya nyamuk, sehingga risiko penularan dbd meningkat.
  3. Kebiasaan masyarakat yang tidak membersihkan lingkungan sekitar atau tidak menutup tempat penampungan air dengan rapat, dapat memperburuk situasi. Perilaku ini memberikan lebih banyak tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak, yang pada akhirnya meningkatkan kejadian DBD.

Tanpa disadari hal yang perlu di high light dalam pencegahan preventif DBD ini berasal dari kebiasaan/perilaku masyarakat. Penyebaran demam berdarah (DBD) terutama disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue.

Ketika nyamuk ini menggigit seseorang yang mengalami viremia, virus dengue akan berkembang biak di kelenjar liur nyamuk selama 8-10 hari (masa inkubasi ekstrinsik) sebelum dapat ditularkan ke orang lain pada gigitan berikutnya.

Sementara itu, di dalam tubuh manusia, virus membutuhkan waktu antara 3 hingga 14 hari sebelum menimbulkan gejala (masa inkubasi intrinsik).

Masyarakat dapat berperan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah (DBD) dengan melakukan tindakan pencegahan seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Langkah-langkah PSN meliputi: menguras tempat penampungan air setidaknya seminggu sekali atau menutupnya rapat-rapat, mengubur barang bekas yang dapat menampung air, menaburkan racun pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik, serta berbagai cara lain yang efektif untuk membasmi jentik nyamuk.

Pemberantasan demam berdarah dengue (DBD) memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat melalui berbagai tindakan pencegahan yang dapat mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Adapun langkah-langkah yang dapat diambil oleh masyarakat sebagai pencegahan preventif DBD yaitu:

  1. Menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan penampungan air lainnya harus dikuras setidaknya seminggu sekali. Hal ini penting karena nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di air yang tergenang.
  2. Menutup tempat penampungan air, jika tempat penampungan air tidak dapat dikuras secara rutin, pastikan tempat tersebut ditutup rapat agar nyamuk tidak dapat masuk dan bertelur di sana.
  3. Mengubur barang bekas seperti kaleng, botol, atau ban bekas yang dapat menampung air hujan harus dikubur atau dibuang dengan benar. Barang-barang ini dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
  4. Menaburkan larvasida atau racun pembasmi jentik di tempat-tempat yang sulit dikuras atau ditutup. Larvasida akan membunuh larva nyamuk sebelum mereka sempat berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Memelihara ikan seperti ikan cupang atau ikan cere di kolam atau tempat penampungan air lainnya. Ikan-ikan ini memakan jentik nyamuk sehingga membantu mengurangi populasi nyamuk, serta menghindari menggantung pakaian terlalu lama, membersihkan talang air, dan memastikan ventilasi rumah baik agar nyamuk tidak mudah masuk ke dalam rumah.

Kunjungi juga : kesehatan