Sekjen PP KMHDI Buka Kegiatan KT 2 di Gorontalo: Dorong Kader Miliki Kepekaan Sosial dan Nalar Kritis

Gorontalo, 10 Mei 2025 — Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (Sekjen PP KMHDI), Teddy Chrisprimanata Putra, secara resmi membuka kegiatan Kaderisasi Tahap 2 (KT 2) KMHDI yang dilaksanakan di Gorontalo. Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara PC KMHDI Gorontalo dan PD KMHDI Sulawesi Utara, dan menjadi wujud nyata komitmen organisasi dalam memperkuat sistem kaderisasi berjenjang.

Kegiatan ini berlangsung sejak pagi dibuka secara formal dengan pelaksanaan sejumlah sesi, seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars KMHDI, pembacaan Asta Prasetya Bermacarya, dan doa bersama. Dalam kegiatan ini berbagai tokoh penting yang lain juga hadir pada kegiatan ini, di antaranya Ketua PD KMHDI Sulawesi Utara, Ketua PC KMHDI Gorontalo, Ketua Forum Alumni KMHDI Gorontalo, Ketua Peradah Provinsi Gorontalo, serta Ketua UKM Hindu Dharmaning Caraswati Universitas Negeri Gorontalo.

Dalam sambutannya, Sekjen menyampaikan pentingnya KT 2 sebagai proses lanjutan dari Kaderisasi Tahap 1, yang tidak hanya fokus pada pemahaman ideologis, tetapi juga pada kemampuan berpikir kritis, analisis sosial, dan kepekaan terhadap isu-isu kebangsaan.

“KT 1 adalah ruang mendalami nilai-nilai dasar dan ideologi KMHDI. KT 2 kita dorong untuk melatih nalar kritis kader—dengan pendekatan filsafat MDH, kita ajak kader tidak lagi hanya berpikir mitologis atau metafisik, tapi objektif, berbasis data, dan peka terhadap ketimpangan sosial,” tegas Teddy.

Ia juga menekankan bahwa dalam berorganisasi, KMHDI harus selalu berpihak pada keadilan sosial dan tidak netral terhadap ketimpangan. “Delapan butir Asta Prasetya Bermacarya itu semuanya bentuk keberpihakan, tidak ada yang netral,” lanjutnya.

Sekjen PP KMHDI menutup sambutannya dengan mendorong para peserta untuk tidak takut terhadap tantangan tugas yang diberikan dalam proses KT 2. Ia menekankan pentingnya kemampuan menulis dan mempresentasikan gagasan sebagai bagian dari proses pembentukan intelektual kader.

“Menulis, mempresentasikan, berdialektika—semua ini adalah jalan untuk menempa nalar kalian. Ini bukan sekadar penugasan, tapi proses menuju kontribusi nyata,” ujarnya.

Teddy juga mengingatkan bahwa proses kaderisasi bukanlah kompetisi, melainkan pembelajaran kolektif untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia Hindu yang tangguh dan berdampak.

Lihat berita lainnya di : Pohalaa.com