Dampak Kekerasan Verbal pada Anak
Penulis : Ni Luh Mega
Kader PC KMHDI Gorontalo
Pohalaa.com – Anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang akan memimpin dan membangun masa depan. Kehidupan mereka merupakan cerminan dari bagaimana negara, keluarga, dan masyarakat memperlakukan mereka. Anak-anak yang tumbuh dalam suasana yang penuh kasih sayang, perhatian, dan perlindungan, akan berkembang menjadi individu yang sehat secara fisik, mental, dan sosial.
Sebaliknya, jika mereka tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi dengan kekerasan, terutama kekerasan verbal, dampaknya akan sangat merugikan tidak hanya bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi kelangsungan generasi bangsa di masa depan.
Hak Anak dalam Perspektif Agama Hindu
Dalam pandangan agama Hindu, anak tidak hanya dianggap sebagai pewaris keluarga atau keturunan semata, tetapi juga sebagai sosok yang memiliki peran penting dalam keluarga dan masyarakat. Menurut ajaran Hindu, memiliki anak adalah bagian dari kewajiban untuk melanjutkan kehidupan, menjaga kelangsungan keturunan, dan bahkan memberikan pertolongan bagi leluhur di alam baka.
Dalam Sarasamuscaya 165, disebutkan bahwa tidak ada yang lebih penting dalam hidup selain tingkah laku susila, yang dapat memberikan kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun di kehidupan yang akan datang. Konsep ini menggarisbawahi pentingnya mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan nilai-nilai moral yang baik agar mereka menjadi individu yang bertanggung jawab dalam keluarga dan masyarakat.
Orang tua dalam tradisi Hindu memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka dengan baik, serta memberi mereka perlindungan yang layak, seperti yang dijelaskan dalam Veda Smerti dan Navano Dhyayah (Ekasana, 2012). Anak-anak berhak mendapatkan perlindungan dan perhatian dari orang tua mereka hingga mereka dewasa, yang mencakup pemenuhan kebutuhan dasar, kesehatan, dan pendidikan.
Namun, ketika orang tua gagal menjalankan tanggung jawab ini, terutama dalam hal memberikan kekerasan verbal kepada anak, dampaknya akan sangat merugikan perkembangan mereka.
Kekerasan Verbal dan Dampaknya pada Anak
Kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan emosional yang sangat berbahaya bagi perkembangan anak. Kekerasan verbal sering kali berupa kata-kata merendahkan, penghinaan, atau kritik yang berlebihan dan tidak konstruktif. Tindakan ini dapat mengganggu perkembangan psikologis dan emosional anak, menciptakan rasa takut, rendah diri, dan bahkan trauma yang mendalam.
Verbal abuse atau kekerasan verbal ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti penghinaan terhadap kecerdasan atau penampilan fisik anak, atau menyalahkan anak atas segala kesalahan yang terjadi dalam keluarga.
Anak-anak yang mengalami kekerasan verbal secara terus-menerus cenderung memiliki kesulitan dalam mengelola emosi mereka. Mereka mungkin menjadi lebih mudah marah, sedih, atau cemas. Kondisi ini juga dapat menyebabkan penurunan fungsi otak yang berhubungan dengan konsentrasi dan kemampuan belajar.
Dalam jangka panjang, ini bisa menghambat prestasi akademik mereka dan mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan teman-teman dan keluarga. Sebuah studi yang dilakukan oleh Mahmud (2020) mengungkapkan bahwa kekerasan verbal dapat menyebabkan gangguan mental dan emosional yang berkelanjutan pada anak, yang bisa berlanjut hingga usia dewasa.
Kekerasan verbal pada anak juga berisiko menciptakan siklus kekerasan yang terus berulang. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan kekerasan verbal cenderung meniru perilaku tersebut ketika mereka dewasa, baik dalam interaksi dengan teman sebaya, pasangan, atau bahkan anak-anak mereka sendiri. Ini akan berakibat pada terbentuknya generasi yang kurang empatik, penuh dengan konflik, dan berisiko menjadi pelaku atau korban kekerasan.
Dampak Kekerasan Verbal terhadap Tumbuh Kembang Anak
Dampak kekerasan verbal pada anak tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek, tetapi juga dapat berlanjut hingga dewasa. Beberapa dampak yang paling sering ditemukan pada anak-anak yang menjadi korban kekerasan verbal meliputi:
- Gangguan Emosional, Anak yang mengalami kekerasan verbal akan mengalami kesulitan dalam mengelola emosinya, sering merasa cemas, takut, dan marah. Hal ini dapat mengganggu hubungan sosial mereka dan menyebabkan isolasi sosial.
- Penurunan Fungsi Kognitif, Anak-anak yang sering dihina atau dikritik secara verbal cenderung mengalami kesulitan dalam belajar. Penurunan kemampuan kognitif ini dapat mempengaruhi prestasi akademik dan kemampuan mereka untuk memecahkan masalah.
- Masalah Kepercayaan Diri, Anak yang sering direndahkan akan kehilangan rasa percaya diri. Mereka merasa tidak dihargai dan merasa bahwa mereka tidak cukup baik, yang dapat mempengaruhi harga diri mereka hingga dewasa.
- Kesehatan Mental, Trauma yang ditimbulkan oleh kekerasan verbal dapat menyebabkan gangguan mental serius, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
- Siklus Kekerasan, Anak yang dibesarkan dalam kekerasan verbal berisiko untuk melanjutkan perilaku tersebut ke generasi berikutnya. Mereka bisa menjadi pelaku kekerasan dalam hubungan mereka sendiri, atau bahkan dalam cara mereka mendidik anak-anak mereka.
Perlindungan Anak dalam Agama Hindu
Tatha hi kecit cicawo an ciksitah,
Pituh pramadadadat wati sohrdat,
Wimargagah sarwajano gha warjita
Nayanti dosaih pituh duryacomahat,
Artinya : Bila seorang anak tidak terdidik karena kelalaian bapak atau karena terlalu cintanya, (pasti anak itu) perbuatannya jahat, dan ditinggalkan (tidak dihiraukan) oleh semua orang, yang membawa amat ternodanya nama ayah, karena dosa anak-anak itu.
Tahta hi kecit cicawo praciksitah,
Pituh prayadnad athawatisorhrdat,
Sucilina sarwajano gha sastutah,
Guno nayantyewa pitur yaco mahat,
Artinya : Bila seorang anak terdidik, karena perhatian atau karena cinta ayahnya, (pasti akan) bertabiat baik, semua orang tentu memuji-muji, kebaikannya membawa amat harum nama ayah
Dalam konteks agama Hindu, ada ajaran yang sangat jelas tentang bagaimana anak harus diperlakukan. Dalam Silakrama Sloka 11 disebutkan bahwa kelalaian dalam mendidik anak dapat menyebabkan perbuatan buruk dan mencemarkan nama baik keluarga.
ebaliknya, anak yang dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan membawa kehormatan dan kebahagiaan bagi keluarga mereka. Oleh karena itu, orang tua, sebagai pemegang tanggung jawab utama dalam pendidikan anak, harus menghindari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan verbal.
Tindakan mendidik anak tanpa kekerasan sudah menjadi kewajiban moral dan spiritual dalam ajaran Hindu. Menjaga nama baik keluarga dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anak merupakan bagian dari kewajiban orang tua dalam menjaga kesejahteraan anak dan kelangsungan generasi Hindu.
Penutup: Menghindari Kekerasan Verbal untuk Membangun Generasi yang Lebih Baik
Sebagai masyarakat, kita harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi anak-anak. Orang tua, guru, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menghindari kekerasan verbal terhadap anak-anak, yang dapat merusak psikologis mereka dan menghambat perkembangan mereka menjadi individu yang sehat, bahagia, dan sukses.
Ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Saya sebagai bagian dari generasi muda Hindu mengajak seluruh orang tua di Indonesia dan di luar negeri untuk berhenti melakukan kekerasan terhadap anak-anak.
Kita harus mendidik anak-anak kita dengan kasih sayang dan keteladanan, agar mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang berkualitas, memiliki karakter yang baik, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Daftar Pustaka
- Al Adawiah, R. (2015). Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Jurnal Keamanan Nasional, 1(2), 279–296.
- Andhini, A. S. D., & Arifin, R. (2019). Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Tindak Kekerasan Pada Anak di Indonesia. Ajudikasi: Jurnal Ilmu Hukum, 3(1), 41.
- Ariani, N. W. T., & Asih, K. S. (2022). Dampak Kekerasan Pada Anak. Jurnal Psikologi MANDALA, 6(1).
- Mahmud, B. (2020). Kekerasan verbal pada anak. AN-NISA, 12(2), 689-694.
- Yase, I. Kadek Kartika. (2022). Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak Pada Masyarakat Hindu Di Desa Tajau Pecah Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut. Satya Dharma: Jurnal Ilmu Hukum, 5(2), 87-110.